Ajang pencarian bakat di manapun dan genre apapun akan menghasilkan seorang bintang yang nantinya akan bersaing di industri entertaintment. Bersinar atau tidaknya si pemenang atau para finalis ajang pencarian bakat tersebut berada di tangan orang tersebut. Hanya saja, bila pemenang dari ajang tersebut tidak berkenan di hati beberapa oknum penggemar maka orang yang memenangkan ajang tersebut akan habis "dilumat". Sungguh tidak manusiawi.
Padahal, di zaman sekarang hampir semua pencarian bakat yang disiarkan di televisi nasional bergantung pada penggemar atau penonton. Jadi, kemenangannya merupakan hasil dari tangan penggemar atau penonton juga. Meski demikian, banyak pula oknum yang kecewa tersebut menyatakan adanya konspirasi di balik voting melalui telepon atau sms tersebut. Selalu saja ada alasan yang dikemukakan untuk mendukung rasa kecewa "jagoannya" kalah.
Segala macam cara dilakukan para penggemar yang "jagoannya" kalah. Salah satu cara yang paling kejam ialah bullying atau kekerasan tak langsung melalui media sosial. Mencerca, menghina, bahkan terkadang hingga menyinggung salah satu ras atau agama. Sisi bar-bar itu akan selalu keluar pada orang-orang yang hidupnya sebagai penggemar fanatik. Padahal, idola yang mereka usung tidak semua merasa dirugikan dengan keputusan yang diambil oleh penyelenggara ajang pencarian bakat itu. Penggemar-penggemar fanatik di Indonesia sudah pada taraf yang memprihatinkan.
Akhirnya, korbannya ialah orang-orang yang ada dalam ajang pencarian bakat, baik peserta, juri hingga orang-orang di balik layar. Padahal, apa yang mereka lakukan hanya untuk menyuguhkan sebuah pertunjukkan yang menghibur dan dapat membuat orang bisa melemaskan urat saraf dari kesibukan sehari-hari. Namun hal itu tidak bersambut baik, di mata para penggemar fanatik. Sungguh disesalkan.
Perseteruan Semu
Tindakan-tindakan semacam bullying dapat membuat mengubah seseorang, bahkan dapat berpotensi menyebabkan perseteruan antara dua orang atau sekelompok orang. Perputaran perseteruan yang diakibatkan oleh tindakan bullying hanya akan menyebabkan suatu perseteruan semu. Tak ada masalah utamanya, tak ada penyelesaian, dan tak ada pelaku utama. Hanya ada korban dan efek barbarisme massal.
Perseteruan semu antar penggemar fanatik hanya menjadi tontonan publik dan membuat publik semakin kehilangan simpatik pada idola para penggemar fanatik. Tindakan itu hanya akan merugikan sang idola dan membuatnya kehilangan kepercayaan publik. Bagi si penggemar fanatik, mungkin tidak akan terasa efeknya, namun bagi si idola akan dirugikan secara pencitraannya. Seberapapun idola tersebut berprestasi, publik akan selalu melihat kenegatifan penggemar fanatiknya. Akhirnya, idola tersebut benar-benar menjadi satu momok yang ditakuti atau dicibir bukan sebagai sosok yang memang bertalenta.
Entah para penggemar fanatik itu sadar atau tidak, namun, tindakan penggemar fanatik dengan bullying hanya akan berdampak negatif bagi idolanya. Semakin mereka barbar, maka semakin menurunlah simpatik publik pada sang idola. Niatnya memang baik, menjadi barisan pembela idolanya, namun eksekusinya salah dan cenderung penuh emosi. Untuk membela idola tidak hanya diperlukan niat yang baik namun juga harus disertai tindakan yang tepat.
Bila bicara seada-adanya, maka penggemar fanatik yang "buta" itu hanya satu mekanisme pendorong penjajahan mental melalui ranah hiburan. Ketidaksadaran mereka akan tindakan mereka yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih merupakan bangsa inlander atau bangsa terjajah. Menggemari secara membabi-buta itu hanya mengakibatkan satu keruntuhan pondasi mentalitas. Adapun, penggemar seharusnya bisa berbuat selayaknya teman bagi idolanya. Teman yang saya maksud ialah menjadi wadah kritik bila idolanya berbuat salah dan menjadi bahan bakar semangat bila idolanya sedang menjalani atau menghadapi satu cobaan.
Akhir kata, hanya satu yang ingin saya ingatkan, yakni tindakan bullying di media sosial bukanlah tindakan yang tepat dan saya mengecamnya. Ada baiknya bila para penggemar mulai cerdas dan mampu bersikap tepat. Jangan terlalu terbuai pada sebuah fantasi sehingga meninggikan idolanya dan membuatnya seakan-akan melebihi apapun. Cukup menjadi teman bagi idolanya, maka idolanya pun akan selalu berprestasi dan gemilang di jagad industri hiburan tanah air.