Sabtu, 03 Desember 2011

Muda dan Arogan

Saat ini, orang muda selalu menghindari belajar dari sejarah. Memang tidak dapat disama-ratakan. Akan tetapi, mayoritas orang muda selalu bergerak dalam sebuah komunitas tanpa memahami sejarah yang ada di dalam komunitas tersebut.

Saya ambil contoh di organisasi kampus, khususnya di kampus saya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Di kampus FIB UI, terdapat lima belas himpunan mahasiswa jurusan. Di antara kelima belas himpunan mahasiswa jurusan tersebut terdapat sebuah organisasi mahasiswa yang bernama Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa untuk jurusan atau program studi Jawa FIB UI. Saya merupakan alumnus dari program studi Jawa dan pernah aktif berorganisasi di KMSJ. Semasa saya berkuliah, saya mencoba mencari tahu sejarah yang berkaitan dari organisasi mahasiswa Jawa tersebut. Mulai bertanya pada senior, almuninya, hingga pada para dosen. Saya berupaya sebisa mungkin mencari tahu, agar ketika saya menjalankan organisasi tersebut dapat menjalankannya sebaik mungkin. Namun, semua berbanding terbalik dengan junior-junior saya yang sedang memegang tampuk kepemimpinan saat ini. Tidak semua yang sedang mengemban tanggung jawab di organisasi tersebut tahu sejarah organisasinya, yakni KMSJ.

Mungkin saja mereka sungkan. Atau, mereka memang sudah tidak peduli dengan sejarahnya. Saya tidak tahu pasti. Tapi, ada satu hal yang saya tahu pasti, karena saya sedang melanjutkan studi di FIB UI sehingga saya secara tak langsung memperhatikannya, ialah kekacauan telah terjadi di KMSJ. Mulai dari saling terjadi perselisihan kecil antar angkatan yang terasa, permasalahan pribadi yang dibawa ke organisasi, hingga ketidak pedulian pada keberlangsungan salah satu media kreatifitas jurnalistik yang dimiliki oleh KMSJ.

Terlebih, ketidak tahuan tersebut ditularkan kepada junior-junior mereka. Hal itu membuat mahasiswa yang sedang berada di bawah payung KMSJ menjalankan organisasi dengan "seenak jidatnya". Tidak ada komunikasi efektif, tidak ada penyelesaian konflik yang elegan, dan timbul aroganitas yang kuat di antara para mahasiswa.

Saya, saat ini sudah menjadi alumni, tidak menginginkan untuk disanjung-sanjung ataupun dihormati dengan cara yang berlebihan. Saya hanya ingin mereka, junior-junior saya, kembali melihat sejarah organisasinya. Mulai dari saat terbentuknya hingga intrik-intrik politik yang ada di dalamnya pada masa lalu. Tidak ada salahnya jika berkaca pada sejarah.

Kearoganitasan Yang Jamaah

Arogan, mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan mahasiswa yang sekarang memegang tampuk kepemimpinan di KMSJ dan badan-badan di bawahnya. Tidak pernah peduli pada kepentingan bersama. Hanya mencari penyaluran hasrat kreatifitas dengan caranya sendiri tanpa berdiskusi dengan mahasiswa lainnya. Padahal, terdapat banyak celah keretakan di dalam organisasi tersebut yang memiliki potensi perpecahan.

Merasa bisa, tapi tidak bisa merasa. Banyak hal yang diputuskan dan menghasilkan celah kecil untuk perpecahan. Tidak ada yang mau mengalah, dan tidak memiliki "rasa saling memiliki" kepada organisasinya. Berulah tanpa tahu apa yang akan dihasilkan ke depannya. Meskipun ada di antara mereka yang masih bisa meminta pendapat pada orang yang tepat. Akan tetapi, orang-orang tersebut adalah minoritas.

Mungkin saja, organisasi yang menempa kedewasaan saya tersebut sudah saatnya menuju liang kuburnya senidiri. Para pemegang tanggung jawab di dalamnya merasa sudah setengah Dewa dan enggan untuk mengambil tindakan untuk menyelamatkan organisasinya sendiri. Bertindak tegas tidak pada tempatnya. Tidak ada perenungan lebih lanjut dari kecacatan yang ada. Saya sebagai alumni, jujur, tidak tega melihat organisasi tersebut. disalahkan, secara tak langsung, untuk menutupi ketidak-mampuan para pemegang tanggung jawabnya.

Perlu sebuah perenungan yang dewasa atas segala kekacauan yang ada di KMSJ. Perenungan dari memahami sejarahnya. Memunculkan "rasa saling memiliki" dari hasil perenungan tersebut. Meminta rujukan saran kepada orang yang tepat. Dan, meminimalisir aroganitas di dalam organisasi. Semoga ada yang membaca tulisan saya ini, dan pembaca itu dari pihak mahasiswa prodi Jawa FIB UI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar