Kamis, 06 April 2017

Cerdaslah Menjadi Pemilih dan Pengguna Medsos

Melihat fenomena pemilihan kepala daerah (Pilkada) akhir-akhir ini memberikan beberapa pelajaran bagi saya. Pertama, tingkat kepedulian dan partisipatoris masyarakat Indonesia, khususnya di daerah yang tengah menyelenggarakan semakin tinggi. Hal itu bisa terlihat dari berbagai macam keikutsertaan masyarakat dalam rangkaian Pilkada, mulai dari kampanye hingga mengikuti acara debat resmi Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).

Apalagi, bila menilik aktifitas di dunia media sosial (medsos). Banyak pengguna akun medsos yang senantiasa mendengungkan dan mengkampanyekan jagoan masing-masing. Keadaan ini bisa dikatakan sebagai suatu kondisi positif lantaran masyarakat Indonesia tidak lagi awam terhadap dunia politik.

Kedua, pola kampanye para calon kepala daerah semakin kreatif dan mencoba menarik perhatian pemilih pemula. Idenya pun beragam, mulai dengan pendekatan humor satire hingga video kampanye memaparkan visi misi kandidat calon.

Kiranya berbagai pendekatan mulai digunakan secara unik agar dapat lebih menonjol ketimbang calon lainnya. Ide-ide kreatif para tim sukses di balik layar tentunya patut diacungi jempol. Sebab, kini kampanye tidak hanya identik dengan konser musik alakadarnya ataupun tebar pesona melalui poster ataupun baliho.

Dan, ketiga, munculnya ruang terbuka bagi masyarakat untuk lebih mengenal calon kandidat yang akan dipilihnya. Tentunya, hal ini dipengaruhi akan kemajuan teknologi. Kini, siapapun bisa mencari informasi sebanyak mungkin mengenai calon kandidat. Bahkan, calon pemilih bisa update dengan leluasa mengenai visi misi ataupun kegiatan calon kandidat selama masa kampanye keliling.

Pastinya, berbagai akses informasi itu akan sangat membantu calon pemilih untuk menentukan pilihannya kelak di bilik pencoblosan. Pemilih menjadi dimudahkan dengan segala fasilitas yang ada untuk mendapatkan informasi.

Meski begitu, momen Pilkada tentunya memunculkan beberapa masalah sosial yang juga baru ada saat ini. Salah satu contoh yang paling saya tidak sukai ialah munculnya gesekan kontraproduktif antar tim sukses ataupun pendukung pasangan calon.

Berbagai akun medsos anonim bermunculan mencerca, mencela, bahkan menyebarkan kampanye hitam terhadap calon kandidat yang tengah berkompetisi. Adapun, hal itu bukanlah hal yang baik dilakukan meski dalam demokrasi penggunaan cara seperti itu mungkin saja diperbolehkan.

Gesekan paling banyak memang terjadi di ranah dunia maya. Akan tetapi, ada kalanya gesekan itu terealisasikan dalam dunia nyata. Berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa kawan saya menjadi bermusuhan lantaran terlalu getol membela jagoan mereka. Padahal, beberapa tahun silam, mereka adalah kawan karib yang sudah selaiknya saudara.

Kondisi seperti ini yang membuat saya jemu dan jengah akan keadaan kampanye di dunia maya. Hal terparah ialah ada beberapa kawan saya berkoar-koar akan calon yang tidak berlaga di daerahnya. Tentunya, boleh saja mereka berkomentar mengenai Pilkada yang terjadi di luar daerahnya, khususnya mengenai Pilkada DKI Jakarta. Namun, bagi saya itu hanya buang-buang waktu dan tenaga lantaran efek yang akan diterima mereka tidaklah signifikan akan siapa pemenang Pilkada di daerah lain.

Kiranya, perlu kesadaran dari masing-masing kita untuk menahan diri dan tidak terlalu memaksakan menjagokan kandidat calon secara berlebihan. Sebab, sebaik-baiknya calon kandidat kepala daerah mereka tetaplah manusia.

Mereka bukanlah dewa yang harus disembah-sembah atau Tuhan yang menjelma dalam raga manusia. Mereka manusia biasa, sama halnya dengan kita semua. Jadi, jangan terlalu buta membela mereka seolah-olah merekalah Sang Juru Selamat umat manusia.

Selain itu, medsos bukanlah sekedar media kampanye politik semata. Banyak hal yang bisa dilakukan secara positif dan produktif melalui medsos. Coba tinggalkan aroma persaingan Pilkada dan gunakan medsos secara cerdas.

Akhir kata, tulisan ini sebenarnya hanya sebagian dari curahan hati yang saya pendam lantaran malas melihat tingkah polah banyak pendukung calon hilir mudik di medsos saya. Ada baiknya, mari kita bersama-sama menjadi pemilih dan pengguna medsos yang cerdas. Tak perlu terlalu getol membela calon kandidat, cukup pantau, pelajari, dan pertanyakan visi misi para calon kandidat. Bedah program mereka, cerna, dan tentukan pilihanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar