Senin, 18 Juli 2011

Lima Dasar Untuk Masa Orientasi atau Inisiasi

Masa orientasi pada awal masuk ke dalam instansi pendidikan (SMP, SMA, ataupun Perkuliahan) selalu dikaitkan dengan aksi teror mental. Padahal, masa orientasi tersebut penting bagi peserta didik yang baru saja masuk untuk mengenal lingkungan barunya. Terjadinya pola pikir bahwa masa orientasi adalah wadah penindasan mental didasari oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Untuk membuat atau melaksanakan proses masa orientasi atau inisiasi perlulah diperhatikan beberapa hal. Pertama ialah konsep dasar dari acara tersebut. Konsep dasar perlu dipahami ketika ingin mengadakan acara semacam masa orientasi siswa (MOS) pada jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menenah atas (SMA), dan inisiasi atau malam keakraban (Makrab) pada jenjang perkuliahan. Dalam acara orientasi harus ada sebuah konsep dasar yang akan disampaikan kepada peserta didik baru. Tidak harus rumit, cukup sederhana dan sangat dasar. Seperti, kekeluargaan, kekompakan, kebersamaan, dan lain sebagainya. Konsep dasar diperlukan untuk menetapkan aturan pada di kalangan panitia dan peserta. Pesan yang disampaikan hendaknya sesuai dengan keadaan yang mungkin akan dilalui oleh para peserta didik baru.

Kedua, pemahaman aturan sebab dan akibat. Untuk melatih mental dari peserta hendaknya memahami sebab dan akibat yang terjadi dari tindakan panitia. Tidak ada alasan panitia untuk memarahi peserta, harus ada alasan yang logis dan tidak menjurus kepada rasa tidak senang secara individu. Misalnya, panitia berhak untuk menertibkan peserta jika peserta berlau kasar pada panitia, atau saat peserta tidak menjalankan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam aturan acara.

Ketiga, berlakukan hukum reward dan punishment. Perlunya hukum tersebut ialah untuk memberikan pendidikan mental mengenai tanggung jawab dan bekerja secara ikhlas dalam kelompok. Berikan peserta sebuah penghargaan jika memang ia mengikuti segala aturan atau acara yang sudah dibuat oleh panitia, dan berikan peserta hukuman, bukan hukuman fisik melainkan hukuman logis, jika peserta tidak mengikuti aturan dan alur acara yang sudah dibuat oleh panitia.

Keempat, pengaturan penggunaan tensi. Saat melakukan orientasi biasanya terdapat penggunaan tensi. Panitia yang baik ialah tahu kapan ia menggunakan tensi lembut dan kapan menggunakan tensi tinggi. Aturan untuk tensi berkaitan dengan hukum sebab dan akibat, dan reward dan punishment. Tidak ada tensi yang tinggi hanya untuk kesalahan yang tidak logis atau kesalahan kecil. Dengan mengacu pada dua hukum tersebut, maka pelaksanaan pengaturan tensi akan terkondisi.

Dan kelima, pemahaman kekeluargaan. Maksudnya ialah antara panitia dan peserta harus dilepaskan dari bayanganantara senior dengan junior. Seharusnya ialah perasaan kekeluargaan, seperti seorang kakak ke adik dan lain sebagainya. Sehingga, batasan antara panitia dan peserta tidak vertikal, melainkan horisontal, dan akan mengakrabkan satu dengan yang lain.

Jika penerapan kelima hal tersebut dapat dijalankan oleh panitia yang hendak melaksanakan masa orientasi pada anggota baru di kelompoknya, maka tujuan positif dari acara tersebut akan tersampaikan dengan baik. Selain itu, perlindungan pada peserta akan terjadi dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar