Kamis, 28 Juli 2011

Nasdem Menyerang

Partai Nasional Demokrasi (Nasdem) merupakan partai politik yang baru saja mendeklarasikan dirinya. Saya tidak terlalu terkejut dengan peralihan Nasdem dari organisasi masyarakat (ormas) menjadi partai politik. Pengetahuan saya mengenai partai tersebut memang tidak banyak, akan tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa partai tersebut dicetus oleh Surya Paloh, pemilik dari salah satu stasiun televisi Metro TV.

Ada hal yang lucu jika saya melihat berita di Metro TV akhir-akhir ini. Pembahasannya, memang aktual, selalu saja mencoba menjatuhkan citra partai lainnya. Dua partai, asumsi saya, yang sedang diserang ialah Demokrat karena kasus Wisma Atlet atau lebih akrab disebut kasus Nazaruddin, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) karena kasus perseteruan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, dan Walikota Solo, Joko Widodo.

Saya melihat bahwa serangan-serangan tersebut memang sangat blak-blakan untuk mengeruk simpati masyarakat. Pemberitaan yang terlihat sebagai kendaraan politik semacam itu memang memuakkan, namun memang tak ada yang melarang. Manuver pemberitaan yang menjatuhkan citra kedua partai tersebut termasuk terlalu takut menantang secara gentleman. Selain itu, cara semacam itu menjadi terlalu kotor, walaupun politik itu kotor, dan hanya terlihat tidak membela rakyat.

Bagi saya, sudah tidak ada partai politik yang pantas untuk memenangkan hati rakyat. Semua mempunyai keyakinan kesempurnaan, namun selalu menutupi kebobrokan. Berusaha mengejar citra, tapi lupa kebutuhan rakyat. Cukup mengumbar citra, bukan citra yang dapat mengenyangkan rakyat.

Melihat partai Nasdem, komentar saya hanya satu, Nasdem akan menjadi partai yang stabil. Masalah menang atau kalah, lihat nanti. Nasdem stabil karena sudah mendapat sokongan media yang sudah cukup berketerima di masyarakat banyak. Jika tidak ada Metro TV, mungkin saja belum tentu Nasdem menjadi partai stabil, langkahnya akan sedikit sulit.

Saran saya hanyalah lebih baik memilih untuk tak memilih partai. Jika, memang partai politik di Indonesia hanya berisikan kepentingan kelompok saja. Dan jika, partai politik selalu bermandikan "lumpur", melupakan bermain "bersih". Tidak memilih juga merupakan sebuah pilihan, hak setiap individu.

1 komentar:

  1. aku tau masih ada satu golongan partai yang ingin bermain bersih, tetapi aku lebih memilih non partai untuk membersihkan semua partai>>>>>>>>>>

    by: sahabat lama

    BalasHapus