Selasa, 26 Juni 2012

Kesalahan Ada Untuk Dipelajari


Bila memandang daun menari bersama angin
Membuatku berangan, andai kehidupanku seindah tarian daun dan angin
Sederhana, bermakna, dan melegakan dalam tiap geraknya
Aku iri pada daun dan angin yang menari dengan indahnya

Bila memandang hujan berpacu dengan petir yang menggelegar
Membuatku berpikir, andai langkahku setegas petir yang menyertai hujan
Mungkin kesalahan hidup tak akan mekar
Menyulitkan langkahku menapaki jalan panjang yang terbentangkan

Andai kala bermurah hati
Ingin aku membujuknya
Memberikan satu kesempatan
Kembali ke masa-masa itu, sebelum terjadi kesalahan
Aku ingin menampar diriku pada masa itu, yang telah buta matanya
Oleh keegoisan diri

Namun itu hanya ada dalam fantasi semata
Bila memang kala menawarkan itu padaku
Aku tak ingin mengambil kesempatan itu
Karena kembali pada kala yang menyenangkan itu
Hanya menjegalku dari pemaknaan hidup berani dan dewasa

Kesalahan ada untuk dipelajari
Kesalahan ada untuk mengindahkan tarian kehidupan manusia
Tak ada salah, sama saja menjalani hidup dalam dunia fantasi
Di mana setiap lelaki adalah pengeran dan tiap perempuan adalah putri raja

Kamis, 21 Juni 2012

Penantianmu

Padang ini akan menyertai ingatanku
Penanda akan keperihatinan atas rindu api pada air
Selam malam memberikan rasa kehangatan padaku
Selumpur pun aku ingat, karena kau terindah dalam syair

Peluk angin pada bambu
Pelak waktu yang berkalang lalu
Sebelum bintang itu pun bersinar
Selalu aku memandangnya dan berusaha membuatnya membinar

Perinduan akan keadaanmu
Perinduan pada keelokan dirimu
Sendawa tawa pun terpancar
Selang kala pun tak papar

Parang ini pun akhirnya tak dapat melukaiku
Perang demi mewujudkan kala kebersamaanku dan mu
Sela-sela hujan selalu melindungi pijar
Sepuluh nyawa yang terpencar

Penantianmu, kala musim depan akan terwujudkan olehku
Pelaksanaan janji hatiku pada dunia, saksi keseriusan menggapai rembulan untukmu
Secuil saja, aku akan berusaha mempersembahkan bintang berpijar
Supaya embun-embun keraguan itu mampu tergeser, tak terpancar

Jumat, 15 Juni 2012

Apa Bisa Aku Menghapus?

Berjalan di atas mata pedang
Tak akan sesakit ini
Rasa sakit atas sebuah penyesalan yang meninggalkan lubang
Penyesalan atas perbuatan tanpa dasar nurani

Rasa kepemilikan tak harus berlebihan
Semua ada takarannya
Sesuatu yang berlebihan
Hanya membawa mala petaka

Kesenduan ini adalah buah nestapa
Dari perbuatan atas keegoan berikan lupa
Rasa memiliki sehingga takut kehilangan
Membuat keengganan melihat dengan hati dan kebijaksanaan

Kelu lidah tak bergeming
Saat nyala amarahnya menggelegar
Tak ada sejengkal jaripun mampu menghilangkan hening
Sebuah anomali kehidupan melayukan sekar

Perbuatan ini telah kurasa ganjarannya
Berbuah pahit karena bibit kemunafikan
Selongsong hati tak tenang hingga kini
Merasa ada yang salah pada keberadaan diri

Entah, apa bisa aku menghapus?
Setiap jengkal derita atas perbuatan sendiri
Menjauhkan kehangatan, hanya karena keinginan memuaskan rasa rakus
Semua berawal dari gelapnya mata nurani

Keindahan itu yang membuat gelap jiwa
Merasa ingin memonopoli sendiri
Semua kedigdayaan hati ingin merangkuhnya
Dalam setiap relung-relung estetika yang terhadiri

Biarkan Angin Sampaikan Pesanku

Jika menjadi abu lebih baik
Maka biarkan aku menjadi abu
Agar aku bisa menjadi sesuatu yang baik
Untuk selalu bersamamu

Jika menjadi batu aku bisa dekat denganmu
Maka biarkan aku menjadi batu
Menjadi dekat kembali denganmu
Meski aku tak dapat memiliki nuranimu

Jika menjadi asap aku bisa menyertaimu
Maka biarkan aku menjadi asap
Sehingga aku bisa menemani langkahmu
Dalam tiap langkah berderap

Aku hanya ingin berada dekat denganmu
Tidak ada maksud hati untuk lebih dari itu
Keadaan kemarin menjemukan aku
Membuatku merasa bersalah seumur nafasku

Kesalahan itu mengajarkan aku
Menjadi ikhlas atas keberadaanmu
Dan kini aku bahagia melihatmu
Bersama dengan dia, tambatan hati yang mampu menopangmu

Kini, aku ikhlas, karena selama jengkal waktu itu
Aku buta, tak ada rasa syukur dalam nadiku
Syukur atas kehidupan yang sudah berpeluh warna
Lebih indah dari goresan pelangi surga

Bilamana ada angin yang menyapamu nanti
Izinkan angin itu memberikan pesan maafku
Mungkin kau tak akan menerima permintaan maafku
Namun, izinkan pesan itu memberitahumu, sebuah penyesalan hati

Perlahan namun pasti, dunia kita akan berbeda
Perlahan namun pasti, keindahan masa lalu akan sirna
Biarlah pesanku melalui angin
Menjadi bekalku mengenangmu dalam sebuah goresan tinta yang bermain

Balada Cinta

Perihal cinta, perihal hati
Tak dapat disembunyikan dalam genggaman
Kesunyian pun selalu membuatnya terungkapkan
Masalah hati selalu terpantuli

Perihal cinta, perihal asmara
Muncul tumbuh berkembang layu
Hadir semangati hidup, hadir membawa sengsara
Seakan hidup selalu payu

Sendawa itu hanya akan terkenang
Candaan itu hanya akan terekam
Semua menjadi abu menggenang
Membuat malam mencekam

Perihal cinta, perihal kedigdayaan
Hadir kapanpun, tak dinyana dan diduga
Serak suara melakukan penyangkalan
Tetap mampu bawa duka

Cinta seperti pisau
Saat salah digunakan, akan membuat luka
Saat tepat guna, akan membuka ketulusan dari relung jiwa

Cinta seperti sungai
Terlalu terbuai, akan hanyut termakan arus
Terlalu berhati-hati, tak mampu nikmati arus

Cinta seperti pohon
Ketika bersemi di musimnya akan bermekaran indah
Ketika bersemi di luar musimnya hanya akan memberikan nuansa gundah

Cinta dapat mengubah dunia
Menjadi lebih baik
Atau menjauh dari keadaan baik
Cinta akan indah pada masanya
Perlu pemaknaan
Perlu penelaahan
Agar tidak salah rasa itu muncul
Agar rasa itu muncul bukan suatu kesalahan

Jakarta, 15 Juni 2012