Ketika saya menghadiri pesta pernikahan saudara saya di daerah Ciputat, saya mendapati hal yang menarik dari perbincangan dua orang pria. Dua pria tersebut membicarakan mengenai perbedaan budaya pernikahan antara budaya Jawa dengan pernikahan saudara saya yang menggunakan adat Sunda. Salah satu pria terkesan sangat anti dengan budaya Jawa, karena dalam perbincangan tersebut, ia tetap tidak bisa berterima atas pembicaraan mengenai lagu pernikahan budaya Jawa.
Dari perbincangan tersebut, jelas terlihat bahwa pria yang terkesan anti dengan budaya Jawa tidak mau membuka diri terhadap budaya lain selain budayanya sendiri. Sikap seperti itu merupakan sikap yang tidak baik dan cenderung picik. Sikap picik tersebut jika dibiarkan akan menjadi virus yang menularkan anti keberagaman budaya di Indonesia. Padahal, keberagaman budaya merupakan kekuatan Indonesia untuk berkembang menjadi lebih maju.
Seharusnya, dalam menyikapi keberagaman budaya Indonesia tidak dengan picik, melainkan dengan cara cerdas dan bijak. Cerdas dalam menelaah keberagaman, maksudnya ialah dalam menghadapi keberagaman budaya di Indonesia, diri kita jangan sampai melihat perbedaan antar budayanya saja, melainkan juga persamaan dan potensi yang dimiliki oleh budaya lokal Indonesia. Budaya lokal Indonesia pada dasarnya memiliki potensi besar untuk menjadi pijakan kemajuan bangsa. Karena, budaya lokal Indonesia memiliki beragam pengetahuan dan karya yang dapat dikembangkan. Misalnya, pengetahuan suku Jawa atas sikap seorang pemimpin yang baik dapat menjadi bahan untuk mengembangkan diri pada karir seseorang, atau teknologi pembuatan kain songket dari suku Batak dapat menjadi bahan untuk berkespresi dan berinovasi pada fashion sehari-hari guna membuat percaya diri.
Selain berpikir cerdas, kita juga harus mampu berpikir bijak dalam menyikapi perbedaan adat. Maksudnya ialah, dalam menghadapi beragam orang tiap harinya, kita akan dihadapkan kepada situasi untuk memilih bagaimana untuk bersikap. Tiap suku mempunyai kriteria sikap baik yang serupa tapi tak sama. Misalnya, bagi orang Jawa, berteriak-teriak memanggil seseorang merupakan sikap yang tak sopan, namun di suku lain belum tentu seperti itu, atau ketika seseorang meninggal, dalam budaya Batak akan diadakan semacam pesta pemakaman yang sangat berbeda dengan tradisi suku lainnya. Jadi, kita harus mampu menyikapi dengan bijak perbedaan yang ada.
Potensi-potensi semacam itu harus dikembangkan. Karena, potensi-potensi tersebut jarang dimiliki oleh negara lain. Indonesia sangatlah beruntung memiliki keberagaman budaya lokal. Keberagaman tersebutlah potensi keunggulan Indonesia. Namun, keunggulan tersebut hanya akan menjadi wacana jika pribadi dari masyarakat Indonesia tidak open minded atau memiliki pikiran yang terbuka, sungguh disayangkan memang.
Bhinneka Tunggal Ika
Berbeda-beda namun satu jua, itulah Bhinneka Tunggal Ika. Inti dari ungkapan tersebut ialah keberagaman suku bangsa di Indonesia janganlah menjadi alasan perpecahan, melainkan harus menjadi alasan pemersatu bangsa. Selain itu, ungkapan tersebut juga berisikan sebuah harapan agar Indonesia yang memiliki keberagaman suku bangsa mampu bersatu-padu memajukan negeri ini bersama-sama.
Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki andil untuk memajukan bangsa ini. Tidak ada yang lebih unggul, tidak ada yang lebih baik, dan tidak ada yang lebih dari yang lain. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya, orang Padang memang memiliki bakat dagang yang lebih baik dari suku lainnya, dan orang Papua memiliki tenaga yang lebih unggul dari suku lainnya. Perbedaan keunggulan tersebut seharusnya dapat saling digunakan untuk kemajuan bersama. Dengan bakat dagang orang Padang dan tenaga yang kuat orang Papua, kita dapat membuat sebuah perusahaan penyedia Sumber Daya Manusia (SDM).
Contoh lainnya, orang Jawa memiliki kelebihan kepekaan rasa, dan orang Batak rata-rata mampu bernyanyi dengan indah. Jika orang Jawa menciptakan lagu dan dinyanyikan oleh orang Batak, maka akan menghasilkan lagu yang menyentuh rasa dengan suara penuh keindahan. Mungkin kedua contoh tersebut merupakan contoh yang berasal dari asumsi pribadi saya. Akan tetapi, maksud saya dari memberikan kedua contoh tersebut ialah saya ingin memberikan gambaran mengenai kerja sama antar suku bangsa di Indonesia yang seharusnya terjadi, bukan penjibiran antar suku bangsa.
Inti dari posting saya ini adalah jangan sampai keberagaman suku bangsa dan budaya di Indonesia menjadi pemecah persatua. Seharusnya, keberagaman tersebut menjadi kekuatan pemersatu bangsa. Jangan sampai kita berpikiran picik dan sempit, melainkan harus berpikir cerdas dan bijak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar